REDMOL ID Halmahera Selatan, 26 Mei 2025 – Persoalan sampah yang terus menumpuk di berbagai titik di Halmahera Selatan kembali menuai sorotan tajam. Ketua Lembaga Studi Analisis Lingkungan (LSM ELSAL), RADEN ADAM, mengecam keras kondisi lingkungan yang memprihatinkan di kawasan Jembatan Tembal dan bibir jalan samping Pelabuhan Kupal. Ia mendesak Bupati Halmahera Selatan untuk segera mengevaluasi, bahkan mencopot Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Samsu Abubakar.
Menurut RADEN ADAM, penumpukan sampah di dua lokasi tersebut mencerminkan kegagalan sistemik dalam pengelolaan lingkungan di bawah kendali dinas terkait.
“Saya turun langsung ke lokasi. Jembatan Tembal yang seharusnya menjadi ikon kota, kini menjadi titik kumuh dengan bau busuk menyengat. Kondisi di sekitar Pelabuhan Kupal juga tak kalah parah, dikelilingi tumpukan sampah liar. Ini bukan kelalaian biasa, tapi bentuk pembiaran yang disengaja,” ujarnya dengan nada kecewa.
Ia menilai Samsul Abubakar gagal menunjukkan kinerja layak sebagai pemangku kebijakan dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan.
“Kinerjanya nol besar. Tidak ada pengawasan, tidak ada tindakan. Padahal anggaran pengelolaan lingkungan itu ada. Lalu, ke mana semua itu dialirkan?” sindirnya.
Tudingan Pembiaran dan Ketidaktegasan Pemkab
RADEN ADAM juga menyoroti lemahnya respons Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dalam menyikapi persoalan ini. Ia menilai Bupati tidak boleh terus-menerus diam.
“Bupati harus segera ambil tindakan tegas. Jika Kepala Dinas-nya tidak mampu, ya diganti. Jangan pertaruhkan wajah daerah hanya demi melindungi satu orang pejabat yang jelas-jelas gagal kerja,” tegasnya.
Ia menambahkan, selama ini masyarakat seolah dibiarkan tanpa edukasi maupun fasilitas yang memadai dalam pengelolaan sampah. Ketiadaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS), minimnya armada pengangkut, serta nihilnya sosialisasi, menjadikan warga membuang sampah sembarangan sebagai pilihan satu-satunya.
Ancaman Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
RADEN ADAM memperingatkan bahwa kondisi ini dapat berujung pada krisis lingkungan dan kesehatan. Sampah organik yang membusuk menimbulkan bau menyengat dan mengundang berbagai vektor penyakit seperti lalat dan tikus. Ia menyebut potensi meledaknya kasus penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, infeksi kulit, hingga demam berdarah, sangat besar jika tidak segera ditangani.
“Sampah di jembatan dan pelabuhan bukan sekadar merusak estetika kota. Ini bom waktu yang bisa meledak dalam bentuk krisis kesehatan masyarakat. Pemerintah harus sadar, lingkungan yang rusak adalah awal dari keruntuhan peradaban,” tandasnya.
Desakan Evaluasi dan Aksi Nyata
LSM ELSAL kini tengah menyiapkan laporan resmi yang akan dikirimkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI serta Ombudsman sebagai bentuk protes dan permintaan audit terhadap Dinas Lingkungan Hidup Halmahera Selatan.
“Kami tidak main-main. Jika Bupati tidak segera bertindak, kami akan buka jalur ke pusat. Daerah ini butuh pemimpin yang berani bersih-bersih, bukan hanya di atas kertas, tapi juga di lapangan,” pungkas RADEN ADAM.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari Samsul Abubakar maupun dari Bupati Halmahera Selatan. Sementara itu, tekanan publik terus meningkat seiring dengan beredarnya dokumentasi visual tumpukan sampah di media sosial yang ramai diperbincangkan warga. *Red.wan *